30 September 1965 dan 1 Oktober 1965, 54 tahun sudah berlalu. Aksi biadap Pengkhianatan PKI yang melakukan penculikan dan pembunuhan oleh Jendral dan Seorang Perwira. Merekan di bunuh da di masukan kedalam sumur kecil di daerah Lubang Buaya. Namun, ada sebuah cerita dari seorang prajurit KKO yang ikut dalam pengangkatan Jenazah dari Jendral yang telah di bunuh.
Namanya Kopral Sugimin, beliau alaha salah satu daru 12 prajurit Korp Komando (KKO) Angkatan Laut, yang ikut dalam pengangkatan Tujuh Jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada tanggal 4 Oktober 1964.
Sugimin, anggota Batalion Intai Amfibi KKO Karangpilang, Surabaya, berangkat ke Jakarta pada akhir September 1965. Tugas awal beliau adalh untuk melakukan survey kondisi pantai Ancol untuk pendaratan tank amfibi TNI AL.
Tugas survey kondisi pantai itu sebagai persiapan upacara peringatan Hari TNI pada 5 Oktober 1965. ''Kami menyurvey kondisi pantai, kira-kira layak apa tidak untuk manuver tank-tank amfibi,'' kata priaberusia 79 tahun tersebut.
Namun pada 1 Oktober 1865 siang, Sugimin memperoleh kabar dari komandan KKO Mayor Jendral Hartono bahwa baru saja terjadi penculikan enam jendral dan satu perwira menengah Angkatan Darat oleh kelompok bersenjata, sehingga untuk peringatan hari TNI keungkinan besar di batalkan atau di tunda.
Pada tanggal 3 Oktober petang, kata beliau , seorang intel kostrad mendatangi markas tersebut. Dan tak lama berselang, Sugiman di perintah oleh atasanya untuk bersiap-siap berangkat ke lubang buaya dengan membawa tabung oksigen dan kompresor. Dan Sugimin di beritahu bahwa waktu kedatangan intel kostrad itu untuk meminta banyuan KKO untuk mengevakuasi jenazah penculikan dari enam jendral dan satu perwira tersebut.
Dan pada saat dinihari sekitar pukul 01:30, tim KKO yang terdiri dari 12 orang di berangkatkan ke Lubang Buaya. Mereka adalah Winarto, M. Sutarto, Sumarno (Dokter Gigi), Kho Tjioe (Dokter Tentara) Saparimin, J. Kandaouw, A. Sudardjo, Hartono, Samuri, I. Subekti, Baharudin, dan Sugimin.
Sugimin dan kawan kawan menuju Lubang Buaya yang berjarak sekitar 3 KM. Namun ternyata lokasinya sudah di jaga ketat oleh Pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Tapi pada waktu itu mereka di larang masuk sebelum Pangkostrad Mayjen Soeharto Masuk erlebih dahulu. Namun mereka bisa masuk pada siang pukul 11:00, dan satu persatu mereka masuk ke Sumur Lubang Buaya sedalam 15 meter dan berdiameter 75 sentimeteritu. Dan semua jenazah dengan posisi kaki di atas.
Proses evakuasi jenazah berlangsung sangat lama dengan memakan waktu sampai 3 jam. Kapten Pierre Tendean jenazah yang di angka pertama dan DI Panjaitan yang terakhir. Dan sekitar pukul 15:00 semua jenazah sudah di angkat dan di masukan ke dalam peti dan di bawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto menggunakan Panser.
Setelah proses evakuasi selesai keta Pak sugimin, Soeharto sempat memotret dia dan rekan-rekan nya menggunakan camera palaroid. Dan setiap orang masing-masing di beri satu foto itu agar di tunjukan kepada komandan dan keluarganya di rumah.
Dan perlu kita ketahui, kita sebagai anak bangsa harus selalu mengingat sejarah pembataian enam Jendral dan satu Perwira yang di fitnah itu. Dengan pengkhianatan PKI yang pada saat itu melakukan aksi Gerakan 30 September (G30S) yang di komandoi oleh Untung. Betapa kejamnya pada saat malam itu mereka ke rumah tiap Jendral dengan alasan di panggil Presiden Soekarno, dan pada saat itu Pak soekarno tidak sedang ada di Istana. Mereka yang melakukan aksi itu adalah pasukan Cakrabirawa yang menembak mati 3 Jendral di rumahnya dan sisanya 4 di siksa sampai mati di Lubang Buaya. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali di Negeri ini. Indonesia merdeka Indonesia anti PKI.